Sabtu, 19 Mei 2012

BOTANI TUMBUHAN TINGGI-Cuprassaceae

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  latar belakang
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Secara harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae = tumbuhan yang menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak (terekspos) langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun  strobilus atau runjung.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara : Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi biji. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada. Selanjutnya Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji. Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora, tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh yang bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium berpembuluh merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji. Salah satu contoh Progymnospermae adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah menunjukkan system percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe protostele. Contoh lainnya adalah tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman Devon. Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan adanya system percabangan lateral yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai struktur yang dianggap sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe eustele yang menunjukkan adanya kekerabatan dengan tumbuhan berbiji yang sekarang.
1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri Cuprassaceae?
2.      Bagaimana morfologi dan anatomi dari famili Cuprassaceae?
3.      Bagaimana perkembagbiakan tumbuhan yang termaksud famili Cuprassaceae?
4.      Bagaimana klasifikasi famili Cuprassaceae
5.      Bagaimana manfaat ekonomi dari tumbuhan Cuprassaceae?
1.3  Tujuan
Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang Cuprassaceae dan peranannya dalam kehidupan manusia.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ciri-ciri
1. Daun bentuk sisik & tersusun berhadapan atau berseling; sisik dan braktea bersatu.
2. Tiap braktea (daun pelindung) dengan sejumlah biji kecil tanpa sayap.
3. Strobilus jantan dan betina dalam satu pohon, strobilus jantan berbentuk kerucut, strobilus betina berbentuk bulat, terletak aksilaris.
4. Penyerbukan & penyebaran biji dengan bantuan angin maupun  hewan.
5. Cotyledon banyak.
2.2 Morfologi dan anatomi
            Suku cuprassaceae merupakan tumbuhan perdu atau pohon-pohon, bercabang-cabang banyak, daun kebanyakan berbentuk sisik, jarang berbentuk jarum,  duduknya bersilang atau merupakan karangan yang terdiri atas 3 daun. Daun mempunyai saluran resin atau ruang resin. Tumbuhan ini biasanya berumah satu, jarang berumah dua. Strobilus jantan terminal pada ranting-ranting yang pendek, dapat juga di ketiak daun. Jumlah mikrosporofil tidak seberapa, duduknya bersilang atau merupakan karangan yang terdiri atas 3 sporofil, bertangkai pendek dengan sisik yang lebar dengan 2 sampai enam kantong sari. Serbuk sari tanpa gelembung udara, pada perkecambahan tidak membentuk sel-sel protalium.  Strobilus betina dengan 1 atau beberapa pasang sisik yang duduknya bersilang,  masing-masing dengan beberapa bakal biji di atasanya. Sisik-sisik itu sehabis penyerbukan dan mengayu, saling menutupi seperti susunan genting, atau seperti perisai dengan tepinya yang berdamping rapat . pada juniperus bakal biji berjumlah 1-3, letaknya terminal dan sehabis penyerbukan diselubungi oleh sisik-sisik yang  menjadi berdaging. Lembaga mempunyai dua daun lembaga, jarang lebih. Suku ini terbagi atas 140jenis dengan 15 marga terutama di australia, Asia timur, dan amerika utara.
2.3 Perkembangbiakan
            Famili cuprassaceae memiliki strobilus yang berbentuk kerucut, ada dua macam, kerucut biji (kerucut betina) dan kerucut serbuk sari (kerucut jantan). Kerucut betina ketika mengalami penyerbukan disebut kerucut bakal biji. Kerucut jantan dapat tunggal atau muncul dalam bentuk kumpulan. Kerucut-kerucut tersebut biasanyakecil atau langsing dan kerap kali berwarna merah atau kuning. Kerucut jantan mekar berumur amat pendek, selama beberapa hari saja, setelah itu akan layu dan luruh segera setelah serbuk sari tersebar.
            Kerucut betina berkayu. Bergantung kepada jenisnya, ukuran kerucut sangat berfariasi, yaitu berkisar antara 1-60 cm. Pada genus tertentu misalnya Juniperus, terdapat kerucut betina yang telah sedemikian jauh mengalami modifikasi sehingga samaseklai mirip dengan buah buni.
Alat reproduksi jantan
            Kerucut jantan terdiri atas sumbu tengah yang merupakan tempet pertumbuhan yang mikrosporil dalam jumlah besar dan tersusun dalam pilihan yang rapat. Struktur mikrosporil ini sangat tereduksi dan berbentuk sisik. Setiap mikrosporil mengandung dua mikrosporangium yang memanjang dipermukaan bawah. Kerucut jantan biasanya mulai tampak pada permulaan musim penghujan atau musim semi, dan pada musim ini seluruh isi mikrosporangium terdeferensiasi menjadi sel-sel induk mikrospora. Sel-sel tersebut selanjutnya mengalami pembelahan reduksi, masing-masing membentuk empat mikrospora. Nukleus setiap spora sekarang mempunyai jumlah kromosom n dan mikrospora tersebut merupakan pembentuk sel pertama generasi gametofit jantan. Setiap mikrospora membentuk dinding tebal, yang terdiri atas lapisan dalam dan lapisan luar. Segera mikrospora memisahkan diri dan membesar. Dinding spora yangluar membesar pada kedua sisinya untuk membentuk sayap atau ruang udara.
            Mikrospora kemudian berkecambah pada saat masih di dalam mikrosporangium. Namun nukleus membagi diri, yang sudah pembelahan nukleus yang berikutnya, maka serbuk sari matang terbentuk. Serbuk sari ini terdiri atas gametofit jantan yang sangat tereduksi, hanya berkembang sebagian dan terkurung di dalam dinding mikrospora. Dua dari keempat sel yang sekarang merupakan bagian dari serbuk sari, disebut sel-sel protalium. Nukleus-nukleus sel tersebut segera mengalami degenerasi. Dan memipih serta memanjang. Kedua sel protalium akhirnya tereduksi menjadi satu atau dua lapisan sel pipih yang terdapat pada serbuk sari bagian atas. Sel-sel protalium ini merupakan struktur yang tidak berkembang sempurna dan terdapat sebagai satu-satunta sel vegetatif yang tertinggal pada generasi gametofit jantan. Kedua sel sisa itu merupakan sel generatif kecil dan sel tabung yang lebih besar. Jika serbuk sari menjadi matang, maka mikrosporangium melalui belahan memanjang dan butir-butir serbuk sari tersebar dengan perantara angin.
Alat reproduksi betina
            Kerucut betina terdiri atas sumbu tengah yang mengandung bakal biji. Setiap sisik di dukung oleh daun pelindung yang juga seperti sisik. Baik daun pelindung maupun sisik tumbuh membesar bersamaan dengan perkembangan kerucut, akan tetapi, sisik itu pada akhirnya menjadi beberapa kali lebih besar dari pada daun pelindungnya. Pada kerucut matang, daun pelindung yang terdapat di bagian bawah sisik ini tumbuh berlekatan dengan sisiknya. Sebaliknya dua bakal biji yang menghadap ke bawah tumbuh dan berkembang di permukaan sisik sebelah atas. Mikropil menghadap ke bawah dan mengarah ke sumbu kerucut. Semula sisik itu di anggap sebagai megasporofil.
            Setiap bakal biji terdiri dari integumen yang menyitari dan bersatu dengan megasporangium. Integumen dipeerpenjang sebagai tabung pendek di bawah megasporangium. Bagian yang merupakan lubang integumen ini disebut mikropil. Perpanjangan lebih lanjut integumen ini menghasilkan strukutr yang disebut lengan yang terdapat pada kedua sisi mikropil. Megasporangium mengandung satu sel induk megaspora yang besar, dan sel ini setelah meiosis, menghasilkan empat megaspora yang tersusun dalam barisan. Tiga megaspora luruh, sedang yang keempat, dan terjauh letaknya dari mikropil, merupakan megaspora yang berfungsi.
Penyerbukan dan pembuahan
            Serbuk sari dilepaskan selama jangka waktu beberapa hari saja. Masa penyebaran ini dapatr berlangsung setiap waktu selam permulaaan musim hujan ataupun akhir musim kemarau, bergantung kepada garis lintang tempat tumbuh dan jenisnya. Pada saat serbuk sari mulai tersebar, kerucut betina yang kecil tumbuh tegak pada ujung cabang dan terlihat sisik-sisiknya.
            Butir-butir serbuk sari melayang-layang menujuke bawah diantara sisik-sisik, hinggap pada bibir mikropil dan pada kedua sisi lengan mikropil. Sekresi cairan yang berasal dari megasporangium merembes ke bawah, mengisi saluran mikropil. Cairan ini, setelah bersentuhan dengan serbuk sari, segera menariknya, dan serbuk sari itu lalu diangkut ke atas menuju cekungan yang berbentuk piring ceper di bagian ujung megasporangium.  Sel-sel integumen pada kedua sisi mikropil akhirnya membengkak, kemudian menutupi mikropil yang berfungsi untuk melindungi serbuk sari agar tetap melekat pada megasporangium. Lengan mikropil menjadi layu, dan sisik berkembang sampai saling menekan dan menutup sesamanya.
            Serbuk sari berkecambah membentuk tabung sari yang menembus jaringan megasporangium. Nukleus tabung menempatkan diri di ujung tabung sari. Sel-sel terbagi atas sel tangkai dan sel tubuh, pada gilirannya sel tubuh terbagi lagi menjadi dua gametr jantan nonmotil, yaitu sperma.  Satu sperma melebur dengan telur, dan kesumua nukleus gametofit jantan sisanya menjadi hancur.
2.4 Klasifikasi famili Cuprassaceae
            Cuprassaceae terdiri atas 15 hingga 16 genus yang tersebar luas di dunia dan meliputi 140 spesies. Sebanyak 3 genus terbesar dalam jumlah spesiesnya yakni juniperus (70 sp), Callitris (20 sp), dan Cupressus (15 sp). Terdapat lima genus yang tumbuh di Indonesia, yaitu callitris, Thuja, Cupressus, Chamaeycyparis, dan Juniperus.
2.5  Manfaat Ekonomi Cupressaceae
1. Juniperus communis buuahnya dipakai untuk pembuatan minuman
2. Thuja giganiea, T.  Menghasilkan kayu bangunan
3. Cupressus funebris, digunakan pohon hias dan juga digunakan sebagai pohon natal.
4. Thuja orientalis, dikenal sebagai pohon kehidupan dari timur dan dapat ditanam sebagai tanaman pagar.;

           

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa family cuprassaceae merupakan tumbuhan perdu atau pohon-pohon, bercabang-cabang banyak, daun kebanyakan berbentuk sisik, jarang berbentuk jarum,  duduknya bersilang atau merupakan karangan yang terdiri atas 3 daun. Cuprassaceae terdiri atas 15 hingga 16 genus yang tersebar luas di dunia dan meliputi 140 spesies.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua pihak agar dapat memberikan saran sertakritikan yang membangun demi kemajuan makalah ini kedepan.


















DAFTAR PUSTAKA

Moertolo, ali. Dkk. 2004. Tumbuhan Berbiji Tertutup dan tumbuhan paku . Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudarmi, Siti. Dkk. 1986. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo, gembong. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermathophyta). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar